Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu inti tubuh turun di bawah 35°C, yang dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Saat mendaki gunung, risiko hipotermia meningkat akibat suhu udara yang rendah, angin kencang, dan kurangnya perlindungan terhadap hawa dingin. Oleh karena itu, penting bagi para pendaki untuk memahami gejala, penyebab, dan cara pencegahan hipotermia di gunung agar perjalanan tetap aman dan menyenangkan.
Hipotermia sering kali berkembang secara perlahan dan dapat disalahartikan sebagai kelelahan biasa. Berikut adalah gejala umum hipotermia yang perlu diwaspadai saat berada di gunung:
Jika kamu atau teman mendaki mengalami gejala di atas, segera hentikan perjalanan dan lakukan tindakan pertolongan pertama. Hipotermia yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan organ dan bahkan kematian.
Beberapa kondisi bisa memicu hipotermia saat mendaki gunung. Berikut beberapa penyebab umum yang perlu dihindari:
Suhu dingin yang disertai angin gunung bisa mempercepat penguapan panas tubuh. Terutama jika pakaian tidak tahan angin atau tubuh dalam keadaan basah, risiko hipotermia akan meningkat tajam.
Mendaki dengan pakaian yang tipis, menyerap air, atau tidak bisa menahan angin adalah kesalahan fatal. Pakaian seperti ini tidak memberikan insulasi yang cukup untuk menjaga suhu tubuh.
Dehidrasi dan kekurangan asupan makanan membuat tubuh kehilangan energi untuk menghasilkan panas. Kombinasi antara lelah, lapar, dan dingin bisa dengan cepat memicu hipotermia.
Aktivitas mendaki membutuhkan banyak energi. Tanpa waktu istirahat dan penghangatan tubuh, metabolisme bisa menurun, membuat tubuh lebih mudah kedinginan.
Berhenti terlalu lama di satu tempat tanpa perlindungan atau kehangatan dapat membuat suhu tubuh turun drastis, apalagi saat malam hari.
Agar tetap aman selama pendakian, berikut langkah-langkah penting untuk mencegah hipotermia:
Gunakan sistem layering: lapisan pertama (inner) menyerap keringat, lapisan kedua (insulasi) untuk menahan panas, dan lapisan luar (shell) yang tahan air dan angin. Jangan menggunakan bahan katun yang menyerap air dan lambat kering.
Selalu kenakan penutup kepala, kaos kaki tebal, dan sarung tangan. Kepala dan tangan adalah area yang paling cepat kehilangan panas.
Isi energi tubuh dengan makanan tinggi kalori seperti cokelat, kacang, atau granola. Minum air hangat secara berkala untuk menjaga suhu tubuh dan mencegah dehidrasi.
Saat beristirahat, gunakan alas atau matras agar tubuh tidak bersentuhan langsung dengan tanah atau batu yang dingin. Hal ini akan mencegah hilangnya panas dari tubuh ke permukaan tanah.
Jika pakaian basah karena hujan atau keringat, segera ganti dengan pakaian kering. Kain basah menghantarkan panas tubuh keluar dengan cepat, mempercepat proses pendinginan tubuh.
Jika cuaca memburuk, segera cari lokasi berlindung. Hindari memaksakan perjalanan saat hujan deras, kabut tebal, atau angin kencang karena bisa memperburuk kondisi tubuh.
Jika ada rekan mendaki yang mulai menggigil hebat, terlihat linglung, atau sulit bicara, segera hangatkan tubuhnya dan cari bantuan medis jika gejala berlanjut.
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda hipotermia, lakukan langkah-langkah berikut:
Hipotermia di gunung adalah kondisi yang tidak bisa dianggap remeh. Persiapan matang, perlengkapan yang sesuai, dan pemahaman tentang gejala serta penanganan darurat adalah kunci keselamatan saat mendaki. Pendaki, baik pemula maupun profesional, harus memiliki kesadaran akan bahaya hipotermia dan bagaimana mencegahnya. Ingat, keselamatan adalah prioritas utama dalam setiap perjalanan mendaki.